Usaha pembakaran batu gamping hampir seluruhnya dikerjakan oleh pengrajin tobong kapur tradisional dikawasan dekat sumber kapur mentah dan umumnya dekat dengan kawasan hutan, Industri pembakaran kapur termasuk industri yang padat energi karena 60‐65% biaya produksinya merupakan biaya energi. Memecah batu gamping dengan ukuran lebih kecil artinya memperluas permukaan batu gamping sehingga panas akan lebi cepat tersebar dan batu gamping menjadi matang (istilah pada industri pembuatan kapur)
Gambar 2. Tampak Atas Tobong Pembakaran Batu Gamping
Gambar 3. Tampak Samping Tobong Pembakaran Batu Gamping
Bentuk tobong pembakaran batu gamping menjadi kapur bahan bangunan sangat beragam pada tiap daerah. Di Kabupaten Blora, pada Desa Ngampel, bentuk tobong merupakan galian tanah dengan bentuk lingkaran kemudian bahan baku dimasukkan ke dalam galian tersebut, dan dibakar dengan menggunaka bahan bakar dari kayu.
Gambar 4. Tobong Pembakaran Batu Gamping
3. Pendinginan
Batu gamping yang telah “matang” disiram dengan air. Batu gamping yang semula keras menjadi bubuk kapur. Pada industri pembuatan kapur, produsen melayani bentuk batu kapur yang berupa bubuk (yang sudah disiram) ada juga yang masih berbentuk bongkahan (sudah dibakar).
Gambar 5. Proses Pendinginan
Gambar 6. Timbunan Kapur setelah Proses Pendinginan.
CaCO3 (batu kapur) —> CaO (kapur tohor) + CO2
CaO + Air ( H2O ) —–> Ca (OH)2(kapur padam) + panas
Ca (OH)2 +CO2 ——-> Ca CO3 + H2O
- Plastis,
- Dapat mengeras dengan cepat sehingga memberi kekuatan pengikat
- Mudah dikerjakan tanpa melalui proses pabrik
- Menghasilkan rekatan yang bagus untuk mortar/plesteran.
- Perekat ( industri semen, bahan mortar, plesteran, dll )
- Untuk hidrolisasi ( industri sabun, dll )
- Bahan absorbsi ( bahan pemutih, dll )
- Pelarut / solvent (ind. Cat casein, dll )
- Bahan dihidrasi (pengering udara, dll)
- Flokulan (ind, gula dll)
- Fluk (pembuatan keramik, dll)
- Pelumas (pembuat kawat, dll)
- Bahan koustik (ind. pulp sulfat, dll) .
- Untuk netralisasi (pemurnian air, dll)
- Stabilisasi TanahAda beberapa hal yang patut kita waspadai, kapur berupa bubuk yang sudah dikemas, terkadang oleh oknum produsen kapur dicampur dengan bahan pemutih atau bahan tertentu sehingga kualitasnya kurang baik. Untuk mendapatkan bahan kapur sebagai bahan bangunan yang baik, sebaiknya belilah kapur tohor, yaitu kapur hasil pembakaran yang masih berupa bongkahan, belum disiram air. Pada saat akan kita gunakan, sediakanlah tempat untuk menuang kapur tohor tersebut, kemudian siramlah dengan air. Jika terjadi letupan-letutan kecil atau terjadi rekahan akibat panas dan bongkahantersebut luluh menjadi bubuk maka kapur tohor tesebut berkaulias bagus. Sebaiknya, aduk, dan biarkan terlebih dahulu kurang lebih 1 minggu supaya dingin dan siap dijadikan bahan bangunan.
Syarat | Kelas IMax % berat | Kelas IIMax % berat |
Kehalusan sisa maksdiatas ayakan 0,85 mmKetetapan bentukCO2 | 5Tidak retak6 | 10Tidak retak6 |
Syarat | Kelas IMax % berat | Kelas IIMax % berat |
Kehalusan sisa maksdiatas ayakan 4,75 mmdiatas ayakan 0,106Ketetapan bentukCO2Sisa tidak larutKadar air | -15Tidak retak6115 | 5-Tidak retak6315 |
- PUBI, Mei 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
- Alizar, MT, Pusat Pengembangan Bahan Ajar, Teknologi Bahan Konstruksi
- Suparni Setyowati Rahayu, Kapur Putih,2009
- Blyth & Freitas, 1984 A Geology for Engineer, ELSEVIER, New York
- Klasifikasi Embry – Klovan, 1971
- Koordijanto, 2009, Kajian Bata Beton dengan Bahan Baku Limbah Gergajian Batu Kapur, Tesis S-2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
- Dwi Kusuma Sulistyorini, 2012, Pemanfaatan Batu Gamping Asal Kecamatan Bogorejo dan Pasir Asal Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora Propinsi Jawa tengah Untuk Pembuatan Beton Normal , Tesis S-2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ALHAMDULILLAH
BAHASAN YANG SANGNGAT MENARIK SEKALI IBU
MUDAH DICERNA DAN BERMANFAAT
SUKSES YA IBU
Terima Kasih atas kunjungan anda di Blog saya… Alhamdulillah, terima kasih atas pujiannya.. Semoga dapat bermanfaat…